menurut yang saya pernah baca, huruf jawa diciptakan pada masa kerajaan mataram kuna pada sekitar tahun 800-900 masehi. penduduk mataram kuna adalah orang melayu. orang melayu yang mendiami pulau jawa disebut orang jawa. orang jawa berkulit sawo matang, bermata lebar dan berambut hitam. sifatnya tenang, sopan dan hati-hati. orang india menyebut pulau jawa sebagai javadvipa atau yavabhumi, yang dalam bahasa sanskerta kata “yawa” artinya tanaman sejenis gandum. memang, kerajaan mataram kuna dikenal sebagai penghasil beras utama karena orang mataram kuna memiliki teknologi menanam padi yang canggih.
orang mataram kuna pintar dan kreatif, mereka tidak meniru mentah-mentah ilmu dari india. mereka meniru agama dari india tapi membangun tempat ibadah (candi) dengan hiasan berbeda. huruf pallawa india dimodifikasi jadi huruf jawa. bahasa jawa kuna juga ditambahi dengan kosa kata dari bahasa sanskerta yang saat itu jadi bahasa internasional. huruf dan bahasa jawa kuna itu masih dipakai terus sampai jaman majapahit. di jaman mataram islam, huruf jawa masih dipakai di kerajaan misalnya untuk menulis buku-buku sastra, tapi bahasanya sudah memakai bahasa jawa baru.
saya tanya pada pak sopir itu, kenapa lontar di bali memakai huruf jawa dan bukan huruf bali? dia bilang, orang bali itu masih keturunan orang majapahit. dulu waktu majapahit runtuh orang-orang yang tetap berpegang agama hindu mengungsi ke bali dan terus punya keturunan sampai sekarang ini. makanya lontarnya juga memakai huruf jawa. orang bali tercatat silsilahnya di lontar. saya lalu bilang, pak saya ini juga keturunan orang majapahit. menurut silsilah, saya berada pada generasi ke 15 sejak runtuhnya majapahit.
oh ya? berarti ada semua di lontarnya ya? kalau orang bali ada silsilahnya di lontar, kata pak sopir. saya bilang, kayaknya gak pakai lontar lagi. pak sopir lalu bilang, sebenarnya orang bali dan jawa asalnya sama dari majapahit. bahasanya juga masih mirip, cuma logatnya yang beda. jadi masih ada hubungan.
menurut cerita, brawijaya V punya 100 anak, yg 9 meninggal. menjelang keruntuhan majapahit, sebagian keluarga kerajaan memeluk agama islam, selebihnya tetap di agama semula. sabdopalon dan nayagenggong sangat menentang kepindahan agama sang raja. ketika akhirnya majapahit dinyatakan runtuh, keluarga kerajaan cerai-berai, sebagian ada yang ke jawa tengah, ada yang di jawa timur. ada 8 anak raja yang lari ke bali, diikuti banyak abdidalem dan kawula dalem. di bali jadi raja, dan menurunkan para wali negeri se-bali. akhirnya keturunan majapahit berkembang, dan penduduk yang masih asli bali tinggal di kawasan tertentu seperti di dekat danau batur.
No comments:
Post a Comment